Sejarah

 SEJARAH SEKAYU LUMPATAN II






Sekayu merupakan sebuah Kota terletak di Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Sekayu adalah kota kecil yang terletak di tepian Sungai Musi dan dapat ditempuh selama tiga jam perjalalanan darat dari Kota Palembang. Kota Sekayu belum berstatus Kota Madya tetapi Sekayu masih berstatus Kecamatan yang masih dipimpin oleh Camat. Kecamatan Sekayu memiliki luas 701,60 km2 (4.92 persen dari total luas Kabupaten Musi Banyuasin) dengan jumlah penduduk mencapai 222.263 jiwa (14.01 persen dari total penduduk Kabupaten Musi Banyuasin) dan memiliki kepadatan 545,25 jiwa/km2

Sejarah Berbeda Versi :
1.Lumpatan-Humas, Menurut sejarah yang dibaca oleh Penulis, Rabu (28/11) Nama Sekayu berasal dari sebuah kisah dimana ada nama sebuah dusun yang terletak dipinggir sungai Musi yang bernama dusun Suak. Simpang Muara Jongot (Muara Sungai Keruh) mengalir ke arah hulu sungai Musi. Dusun Suak dikepalai oleh seorang depati yang bernama “Sahmab Bin Sahaji” yang di kenal pula oleh masyarakat sebagai Puyang Bupati atau Puyang Depati. Dengan bertambahnya bulan dan tahun masyarakat makin bertambah, dengan inisiatif dari kepala Dusun/ Desa maka dibukalah wilayah baru yaitu disekitar Lorong Pangeran. Wilayah baru atau dusun baru diberi nama “Pangkalan Balai” (diperkirakan sekitar hilir terusan Simpit Sekarang). Wilayah baru ini dipergunakan sebagai tempat pemukiman dan sebagai lahan persawahan areal Pang Sako. Dengan demikian nama dusun menjadi 2 (dua) yaitu Dusun Suak dan Dusun Pangkalan Balai dan tetap dikepalai oleh kepala dusun yang bernama Sahmad Bin Sahaji (Puyang Depati) dan digelari dengan nama Gindo. Pada abad 17 Masehi di Palembang sudah berdiri kesultanan yaitu Palembang Darussalam, dengan berdirinya kesultanan maka berpengaruh pula pada perkembangan dusun-dusun yang berada dalam wilayah Sumatera bagian Selatan termasuk Jambi, Lampung dan Bengkulu. Pada masa itu wilayah yang masuk dalam naungan Kesultanan Palembang hidup rukun, aman dan damai. Sultan pertama yaitu Abdurrahman dengan gelar Sultan Abdurrahman Amirul Mukmini Sayyidul Imam, lalu turun ke anaknya yang bernama Sultan Manssur kemudian turun lagi kecucunya yang bernama Sultan Mahmud Badaruddin. Berkaitan dengan masa pemerintahan kesultanan maka di daerah-daerah dibentuk juga suatu pemerintahan yang disebut Kadipaten Pedatuan, Gindo, Penggawo dan dibidang agama ada istilah Penghulu, Ketip, Mudin, Lebai dan Hulubalang. Zaman Sultan ke (3) tiga di bentuk pedatuan. Pedatuan ini bertugas mengepalai beberapa desa pengandeng, sebagai penyerahan perpanjangan tangan pemerintah kesultanan di daerah.


2.Lumpatan, sebuah desa di tepi Sungai Musi. Kata ayah, desa besar di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan ini terkenal karena banyak ikan melompat-lompat. Dalam bahasa setempat “melumpat-lumpat.”Lumpatan memang kaya ikan. Pada puncak musim hujan, air sungai naik hingga ke darat. Kau bisa melihat ikan-ikan seluang bak kecebong bergerombol di bawah tangga rumah. Di sela-sela padi atau tanaman yang digenangi air sungai, mereka saling berlalu lalang dengan riang. Hanya perlu jala kecil yang berbentuk seperti jaring bola basket untuk menangkap mereka.Di mana-mana, di sepanjang jalan, kau akan menyaksikan orang-orang memasang jaring ikan di depan rumah mereka. Desa akan ramai dengan orang-orang yang berkeliling menjajakan ikan. Atap rumah dipenuhi jajaran ikan yang dikeringkan menjadi ikan asin atau irisan pempek lenjer yang menjelma menjadi kerupuk.Tungku-tungku di dapur rumah semarak menyebar asap makanan serba ikan. Kalau berkuah, jadilah pindang. Diasap, jadilah salai. Dibungkus daun pisang dan dibakar, jadilah brengkes. Difermentasi, jadilah rusip ataupun  bekasam.Jika kau di sini, jangan lewatkan pagi musim hujan di Lumpatan karena ia lebih indah dari hari-hari biasa.Angin sejuk yang menelusup dari cela-cela dinding dan lantai kayu menyegarkan pikiranmu, mengundang inspirasimu. Yang terbaik, duduklah di teras belakang rumah. Kau akan menyaksikan kabut putih menyebar menyelimut sungai, sementara kapal-kapal kecil bermesin sesekali datang mengoyak keheningan dan memperdengarkan teriakan “Selamat pagi,” yang disambut sungai dengan riak gelombang nan riang.Dulu, selepas subuh, orang-orang berduyun ke batang, tempat mandi berupa rakit yang terdiri dari batang-batang kayu yang diikat. Kau bisa menyaksikan orang-orang berjalan meniti lamban, kayu panjang yang menghubungkan darat dengan batang. Laki-laki bersarung bertelanjang dada. Perempuan mengenakan kain sedada dengan handuk menutupi bahu mereka.Namun, zaman memang sudah berubah. Sekarang sebagian ughang (orang) Lumpatan lebih memilih membangun kamar mandi dan sumur, atau berlangganan air bersih, daripada pergi ke sungai.Di sebelah utara desa ini, berkembang sebuah desa yang sangat kecil bernama Kayu Are (Kayu Ara). Kata ayah, nama ini berawal dari pendiri desa yang bermimpi melihat batang ara. Sementara di sebelah selatan, terdapat desa Bailangu. Ayah mengejakan untukku asal katanya, yaitu “bai” dan “langu.” Bai berarti janda, sementara melangu berarti termenung, melamun. Jadi Bailangu berarti janda yang tengah termenung.Masyarakat Musi Banyuasin, termasuk Lumpatan, mengenal penamaan lokasi berdasar kedekatan dengan aliran Musi, yaitu laot (laut) dan daghat (darat). Laot berarti berada di pinggir sungai. Sementara rumah-rumah yang terletak makin jauh, dan biasanya makin dekat jalan raya, disebut berada di daghat.Selain itu ada lagi istilah ilo (ilir) dan ulu (hulu) untuk membedakan lokasi. Desa sendiri dibagi ke dalam beberapa dusun yang dinamai dengan menggunakan nomor. Misalnya, dusun dua.

Nenek Moyang :


1. PUYANG DEPATI SEKAYU 2 (SOAK BARU)
Puyang Depati adalah orang yang pertama diangkat oleh Sultan Palembang menjadi penguasa (Kadipatenan) untuk wilayah musi ilir yang kedudukannya di kota Sekayu, dan beliaulah yang asal mula membuat nama SAKAYU atau Sekayu berkisar tahun 1745 silam, yang diambil dari salah satu nama dari anak seorang hulubalang yang namanya SAK AYU, puyang Depati (SAHMAD BIN SAHAJI) 1683 – 1776. Berikut ini silsilah Puyang Depati.
Nama aslinya adalah SAHMAD bin SAHAJI bin Aji Ginggang Bin Mujmal Bin Sidun Bin Sawir Bin Kitri Bin Samaun Bin Huzon Bin Hubbas dari Gujarat India.
a. Zuriyat Puyang Depati
Depati Sahmad kawin dengan BIHA Binti Bahoro dari Jawa mendapatkan keturunan sebagai berikut :
1. Bulkiya 2. Sajidina Ali 3. Barukya
b. Depati Sahmad kawin dengan SABAINA Binti MU’ASIM Kayuara mendapatkan keturunan diantaranya sebagai berikut :
1. Samal 2. Sawal 3. Mujib 4. Munasir 5. Munawar
Dari keturunan dua orang isterinya inilah cikal bakal yang meneruskan kepemimpinannya di Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin.
c. Depati Sahmad bin Sahaji diangkat menjadi Kedipatenan Musi Ilir berkisar pada tahun 1733, dibantu oleh juru tulis yaitu Rio Kaos dan Hulubalang Tahaji bin Sajidin.
d. Nama julukan bagi beliau diantaranya :
1. Al Ka’idah artinya orang yang memangku Hukum
2. Syah Aji artinya orang yang dibenarkan ajiannya
3. Al Kholil artinya orang yang patuh/penurut
4. Abdul Munir artinya orang yang membawa penerangan dan masih banyak lagi julukan bagi beliau.

2. PUYANG KILAT KEMARAU SEKAYU 2 (SOAK BARU)
Puyang Kilat Kemarau adalah Hulubalang dari puyang Depati, beliau adalah Keponakan dari puyang Depati, diangkat menjadi Hulubalang karena keahliannya dan sikap keberaniannya pada masa itu.
Puyang Kilat Kemarau (TAHAJI BIN SAJIDIN) 1722 – 1789.
Nama asli Kilat Kemarau adalah Tahaji Bin Sajidin bin Sahaji bin Aji Ginggang bin Mujmal bin Sidun bin Sawir bin Kitri bin Samaun bin Huzon bin Hubbas asal dari Gujaraj India.
a. Zuriyat puyang Kilat Kemarau
Tahaji bin Sajidin kawin dengan Mahesa binti Madarus dari Jawa Tengah mendapat keturunan sebagai berikut :
1. Tasaima 3. Sak Ayu
2. Tasaiya
b. Kilat Kemarau (Tahaji bin Sajidin) diangkat menjadi Hulubalang pada tahun 1742, dan beliau diberikan kuasa untuk mengamankan wilayah Kedipatenan / pedatuan zaman Puyang Depati.
Beliau mengarahkan masyarakat untuk bertani disekitar wilayah sungai Medak, sungai Langgaran, sungai Tunggak sampai batas Marga Sungai Keruh, maka areal pertanian itu dikuasai oleh puyang Kilat Kemarau, yang mana terakhir hayatnya dimakomkan di Muara Jongot seberang kampong 5 kota Sekayu yang sekarang berada dalam wilayah Sekayu II (Dua) disebut Kelurahan Soak Baru.
c. Kilat Kemarau (Tahaji bin Sajidin)
Beliau mendapat Karomah ilmu jalan cepat, seperti kilat, dapat menaklukkan binatang buas, hal ini menurut hikayatnya beliau dapat menaklukan semua itu adalah dalam upaya pengamanan dibantu pula oleh :
- Bujang Ronggang
- Bujang Kumbang
- Mayat Beguling
- Mamang Segawak dan Enggang Parau Pekik Nyaring
d. Nama Gelar dari Puyang Kilat Kemarau diantaranya adalah :
- Puyang Patah Rimpung
- Puyang Muare Jongot
- Puyang Kemudi Rejung
- Puyang Silam-silaman

3. PUYANG RIO KAOS SEKAYU 3 (BALAI AGUNG)
Puyang Rio Kaos adalah nama aslinya RIO KELANA kelahiran Perak Malaka pada tahun 1741 – 1842.
Nama Rio Kaos adalah gelar untuk beliau, karena beliau adalah orang yang merantau dari negeri Malaka, masa remajanya menurut hikayatnya ikut kapal Dagang dan sampailah di Soak (Sekayu lama). Silsilah Rio Kelana adalah : Rio Kelana bin Rio Adnan bin Tunsaka bin Tan Sulan bin Tsung Lim keturunan Melayu campuran Thionghoa, karena telah lama menetap di Soak, maka mendapatkan jodoh dengan keponakan Puyang Depati Sahmad yaitu SITI SAKYA binti Suto.
a. Zuriyat Puyang Rio Kaos
Rio Kaos (Rio Kelana) menikah dengan SITI SAKYA Binti SUTO mendapat keturunan sebagai berikut :
1. Kumala 2. Rukiba 3. Rumaya
b. Diangkat menjadi Juru Tulis
Karena pada masa itu belum banyak orang yang pandai baca tulis, sedangkan Rio Kaos sejak bujangannya telah kenal dengan Puyang Depati, dan lama bergaul, maka diangkat menjadi Juru Tulis dan akhirnya menikah dengan Keponakan Puyang Depati sendiri yaitu Siti Sakya Binti Suto, dan terakhir hayatnya dimakomkan di Sekayu 3 (Balai Agung) tepatnya adalah di Depan Penjara Lama.
c. Nama gelar atau Julukan untuk Rio Kaos :
- Puyang Juru Tulis
- Puyang Malaka
- Bujang Melayu

4. PUYANG PIABUNG (PUYANG KETIP) SEKAYU 3 (BALAI AGUNG)
Puyang Piabung nama aslinya adalah BAHMAN Bin SAHID kelahiran dusun Soak pada tahun 1771 – 1869.
a. Silsilah
Bahmad Bin Sahid bin Sajidin bin Sahaji bin Aji Ginggang bin Mujmal bin Sidun dan seterusnya segaris keturunan ke atas sama dengan Depati Sahmad.
b. Zuriyat
Bahmad bin Sahid menikah dengan Sahma Binti Walid melahirkan keturunan diantaranya:
1. Sumarak 4. Jumir
2. Juriah 5. M. Sadid
3. Jamhur 6. Malija
c. Nama gelar Puyang Bahmad bin Samid adalah :
1. Puyang piabung karena kerjaannya tani dan sering menorah kayu untuk dibuat bahan bangunan (piabung atau cagak)
2. Puyang Ketip karena semasa hidupnya pernah diangkat menjadi ketip
d. Riwayat singkatnya
Dimasa hidupnya bertani berladang diwilayah sungai Salaghai Talang Salaburau sampai ke Temedak Ampe Sungai Tamiyang termasuk Talang Biduk Buruk (wilayah Kelurahan Balai Agung) beliaulah yang membuat Rompok/Talang Selaghai, Salaburau dan Temedak Ampe, Makon beliau ada disekitar sana.

5. PUYANG KAKAK PANJANG SEKAYU I (SERASAN JAYA)
Puyang Kakak Panjang nama aslinya adalah SABILUDIN Bin MUHTARUDDIN Kelahiran Malaka Tahun 1734 – 1835 M.
a. Silsilah
Sabiluddin bin Muhtaruddin bin Muhtarom bin Darul Qutni bin Kudir bin Muhamad Zaman bin Burdawi bin Muslim keturunan dari Banten.
b. Zuriyat
SABILUDDIN kawin dengan MUHARANI Binti DURJANI Bin Muktasimi asal keturunan dari Jawa Tengah mendapat keturunan :
1. Samsuddin 2. Samsiyah 3. Munawwaroh

c. Riwayat singkat
Sabiluddin masa remajanya merantai dari Banten ke Palembang ikut kapal dagang dan mudik ke dusun Soak menetap disana mengembangkan Ilmu Agama Islam yaitu mengajar Ngaji, lalu diangkat menjadi Ketip, maka beliau digelar dengan Puyang Ketip. Makomnya ada di Kelurahan Serasan Jaya (Sekayu 1) yaitu dibelakang Kantor Dinas Pertanian Sekayu.

6. PUYANG PENDEK SEKAYU I (SERASAN JAYA)
Puyang Pendek nama aslinya adalah SALIKUN Bin SAWAL kelahiran Dusun Soak pada tahun 1814 – 1927 M.
a. Silsilah
Salikun bin Sawal bin Sahmad bin Sahaji bin Aji Ginggang dan seterusnya keatas senasib dengan Puyang Depati Sahmad maka beliau adalah cucu dari Puyang Depati.
b. Zuriyat
Puyang pendek atau Salikun menikah dengan SARIJINA Binti Sari Jenang mendapatkan keturunan adalah :
1. Masaiya 3. Asiana
2. Muhtadin
c. Riwayat singkat
Semasa hidupnya puyang Salikun sering membantu orang patah tulang, keseleo dan penyakit lainnya.
d. Nama gelar
1. Puyang pendek, karena memang badanya cebol
2. Puyang dukun, keahliannya dukun patah
e. Petilasan
Bahwa Puyang Pendek atau Puyang Dukun ini dimakomkan di Belakang Kantor Dinas Inkom berdekatan dengan Dinas Pertanian Kelurahan Serasan Jaya (Sekayu 1)

7. PUYANG LIMAU PURUT KEL. KAYUARA
Puyang Limau Purut nama aslinya adalah MAHADAT bin MASTAJAB Kelahiran Kayuara pada tahun 1772 – 1868 M.
a. Silsilah
Mahadat bin Mastajab bin Nuzullah bin Mutholib bin Hizam bin Sawir bin Kitri bin Samaun bin Huzon bin Hubbas, berarti silsilah keturunannya dengan garis keturunan ke enam yaitu SAWIR Bin KITRI dengan puyang Depati Sahmad.
b. Zuriyat
Mahadat menikah dengan Aliyah Binti Murzak bin Sahidun menurunkan keturunan yaitu:
1. Mahagat 4. Mahisa
2. Mu’ah 5. Markoni
3. Marwiyah
c. Riwayat singkat
Puyang Limau Purut adalah orang yang memberi nama Desa Kayuara, asal desa dulunya diseberang Kayuara yang sekarang, dan diarah hilirnya ada istilah Kampung Silam. Mahadat atau Limau Purut, orangnya dulu Jawara, jago judi sabung ayam namun sering kalah.
Hikayatnya beliau bertaruh dengan puyang JARIPAN AMBOY dari pasar Bayang, beliau kalah dan menggadaikan Kelawainya/adik lalu Beliau minta izin untuk mengambil uang kerumahnya, tapi dengan ilmunya menjampi Daun Jeruk Purut menjadi uang, lalu pergi ketempat jaripan Amboy untuk membayar, ketika dilihat disaksikan benar-benar uang, maka Kelawainya dapat ditebus kembali.
Puyang Limau Purut menitip pesan dengan anak cucunya, bahwa tinggalkanlah judi, jika kita tidak ahlinya, karena beliau sendiri yang merasainya menggadai kelawainya / adiknya karena judi. Makomnya ada diseberang Kelurahan Kayuara Sekayu.

8. PUYANG IBRAHIM DESA KAYUARA
Puyang Ibrahim atau Syeh Ibrahim keturunan dari Babilonia lahir pada tahun 1893 – 1856 M.
a. Silsilah
Ibrah bin Murtadah bin Saidul’akla bin Mujbir bin Hizul Wada’ bin Haup bin Sujdal Ma’wa bin Suffa keturunan dari Babilonia (Iran).
b. Zuriyat
- IBRAHIM menikah dengan MASNAH binti Muhid bin Mahagat bin Mahadat (Puyang Limau Purut) mendapat keturunan diantaranya adalah :
1. Halimah 4. Abdul Komar
2. Maleha 5. Ali Kotar
3. Ahyar
- IBRAHIM menikah dengan ROSIMAH Binti Mujib Bin Mahagat bin Mahadat mendapat keturunan diantaranya adalah :
1. Husnul Khotimah 3. Safa’al Wadut
2. Khusnul ‘Atiyah
c. Riwayat Singkat
Ibrahim semasa bujangannya merantau dari Iran ke Palembang, lalu sampailah ke Kayuara dengan berbekal ilmu Agama Islam, mengajar ngaji dan juga bidang pengobatan tradisional, dan berakhir hayatnya di Kel. Kayuara Lingkungan III Kec. Sekayu. Peninggalannya sebuah tombak.

9. Asal usul nama Desa Lumpatan berawal dari aliran sungai Gemuruh batas Kampung /Lingkungan 2 dan 3 yang membelah desa, disitu dulunya airnya agak deras, maka ikan-ikan dari sungai Musi melewati air deras itu melompat, dan dulu sungai itu masih belum seperti sekarang sudah dalam, lebar dan airnya sudah agak kurang deras.
Lumpat berasal dari kata lompat sedangkan akhiran AN menunjukkan banyak yang melompat, atau pengertian lain bahwa dulu sungai itu dapat dilompat dan sekarang tak bias lagi dilompat karena sudah lebar dan ada jembatan.

PUYANG GAJAH BERENDAM DESA LUMPATAN
Salah satu Puyang orang desa Lumpatan yang menurunkan keturunannya, mana aslinya adalah RADEN TAMARAN Bin Raden Kosim lahir di Palembang pada tahun 1722 – 1801 M.
a. Silsilah
Puyang Gajah Berendam, Raden Tamaram bin Raden Kosim Bin Raden Tambuhillah bin Pangeran Ario Panansang bin Sultan Abdurrahman bin Amrullah keturunan dari kesultanan Palembang.
b. Zuriyat
Raden Tamaram menikah dengan Raden Ayu Sekar Ayu binti Raden Alit bin Raden Kismoyono keturunan dari Banten, mendapat keturunan :
1. Raden Tarsusi 3. Raden Pendasaru dan
2. Raden Ayu Kasiani 4. Raden Ayu Misminah
c. Riwayat Singkat
Raden Tamaram pernah menjadi pimpinan Laskar Kesultanan Palembang Darussalam, beliau memiliki ilmu Silat jato tanding, keluar atau berhenti dari pimpinan Laskar dan merantau ke Jambi, lalu kembali ke Desa Lumpatan, karena pada masa itu isterinya akan direbut oleh Demang Lebar Daun, yang mana untuk menghindari pertumpahan darah maka Raden Tamaram bersedia mengalah dan mengungsi, lantaran Demang Lebar Daun masih sepupuh dengannya.
Julukan Gajah berendam adalah bahwa beliau tahan menunggu musuhnya dengan merendam diri di sungai, karena pada zaman itu hubungan adalah sungai, maka salah satu keturunan dari nenek moyang orang Desa Lumpatan adalah dari Zuriyat beliau. Makomnya sekitar Pinggiran Musi yaitu Ulak Enau Gadis.

10. PUYANG JENGGOT DESA BAILANGU
Nama asli dari Puyang Jenggot adalah H. ABDUL MUID Bin KUPROWI Bin KUSDAN Bin KURNIFI Bin SAHWI Bin SIMON Bin BURNAWI Bin HIZIB asal kelahiran Jawa Barat pada Tahun 1703 – 1792 M.
a. Zuriyat
H. Abdul Muid menikah dengan HALIFA Binti Abdul Hadi bin Abdul Jahar bin Ali Hasan bin Ambiyak. Menurunkan keturunan diantaranya adalah :
1. Abdul Jamal 3. Ambarwati
2. Ali Hasan 4. Hasbina
b. Riwayat singkat
Semasa hidupnya beliau mengajar ngaji dan diangkat menjadi penghulu disamping itu beliau punya ahli pengobatan.
c. Nama Gelar
1. Puyang Jenggot karena jenggotnya aneh yaitu dibawah lidahnya
2. Puyang Pengulu karena menjadi Penghulu

11. PUYANG IDAK BAPUSAR DESA BAILANGU
Nama asli dari Puyak Idak Bapusat adalah DATUK KULIM Bin Kusnan lahir di Jawa Timur tahun 1730 – 1822 M.
a. Silsilah
Datuk Kulim bin Kusnan bin Kumar bin Jansam Jurairoh bin Samuji bin Sumarto bin Sukim keturunan dari Jawa Timur.
b. Zuriyat
Datuk Kulim menikah dengan Damiyatun binti Damanhuri menurunkan keturunan diantaranya :
1. Merdawi 4. Amartopuro
2. Ramidi 5. Dentamanyu
3. Rutina 6. Destarata
c. Riwayat singkat
Datuk Kulim termasuk orang yang punya ilmu kuat, ilmu limun-limunan, kekebalan tubuh dari senjata tajam dan juga ahli pengobatan.
d. Nama gelar
Datuk Kulim digelar antara lain :
1. Puyang silam-silaman
2. Puyang kebal
3. Puyang sinawali dll 

Komentar

Postingan populer dari blog ini